Total Tayangan Halaman

Selasa, 18 Juni 2013

VISI DAN MISI CREDIT UNION



Sudahkah Visi Dan Misi Kopdit
Menjadi Inspirasi Arah, Tujuan, Tindakan Kopdit Anda?

Setiap kali anda menumpang taxi sudah tentu anda akan ditanya oleh sang Driver “kemana pak?” kontan pasti anda menyebutkan tujuan anda tanpa ragu “Bandara mas!!”, atau justeru jangan-jangan anda akan menjawab “hey..lo jangan banyak tanya, jalan aja. Bukan urusan lo”. Saya hampir dapat memastikan anda akan disuruh turun oleh Driver nya, meskipun sesungguhnya sang Driver lagi kejar setoran.
Driver saya analogikan sebagai ANGGOTA Kopdit anda dan Penumpang saya analogikan sebagai PENGELOLA Kopdit (maaf saya menggunakan analogi terbalik, yang umumnya para pakar, aktivis senior saya di CU/Kopdit menganalogikan Driver nya adalah Pengelola Kopdit dan Anggota adalah penumpangnya) Dari analogi di atas, apa yang terlintas dalam mindset saya? Pikirkan saja ketika anggota Kopdit (meskipun pengelola sudah pasti anggota juga) bertanya kepada pengelola Kopdit “pak/bu, Kopdit kita akan menuju kemana?, lalu sebagai pengelola anda menjawab “itu bukan urusan anggota, ini urusan kami sebagai pengelola, urusan Anda menabung secara teratur, meminjam dengan bijak dan bertanggungjawab mengangsur tepat waktu!!!” lalu esok nya sudah pasti anggota tersebut akan mengundurkan diri/keluar dan menarik simpanannya dari Kopdit anda, karena Kopdit anda tidak memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan Kopdit, tidak jelas bagaimana mengembangkan asset yang bersumber dari anggota dan tidak jelas pula apa manfaat yang akan anggota terima.
Adakah hal ini terjadi pada beberapa Kopdit di GKKI? Sungguh ini akan menjadi saat buruk bagi pengelolanya jika saja hal ini terjadi. Lalu bagaimana pengelola Kopdit mementahkan anggapan ini? Ketika berbicara soal Arah, Strategi dan Tujuan Kopdit, maka tidak akan lepas dari penetapan, penajaman Visi dan Misi Kopdit itu sendiri. Apakah Visi dan Misi yang indah kata-katanya, panjang redaksinya akan menggambarkan keindahan Tujuan, Impian dan Cita-cita Kopdit ke depan? Tentu tidak demikian, lalu seperti apakah merumuskan Visi dan Misi yang baik, tepat dan benar?  Merumuskan visi dan misi Kopdit memang tidaklah mudah namun bukan berarti sulit bukan?.
Visi
Dalam Modul ACCESS yang dikembangkan oleh ACCU sebagai disebutkan bahwa Visi tidak hanya Gambaran Kopdit di masa depan, namun jauh lebih dari itu, pernyataan visi adalah Inspirasi Kopdit dan kerangka kerja bagi Rencana Strategis Kopdit, Visi tertulis dan secara konsisten dipahami, diterapkan dalam tindakan mengelola Kopdit, Kriteria Visi :
¨    Jelas, meyakinkan dan inspiratif
¨    Menetapkan arah bisnis Kopdit
¨    Mampu merespon perubahan pasar terkini
¨    Mencerminkan nilai-nilai dan identitas Kopdit
¨    Akan menjadi apa Kopdit menjadi jelas tergambar.
Visi adalah sesuatu yang ingin anda capai dan sesuatu yang anda lihat, nyatakanlah Visi sependek mungkin namun luas dan mengena. Sudahkah Kopdit anda memiliki Visi sesuai kriteria di atas? Apakah Visi Kopdit anda (Pengurus dan Manajemen), sangat dipahami dan diterapkan dalam mengelola Kopdit secara konsisten serta menjadi komitmen bersama untuk mencapai visi tersebut? Mudah-mudahan dengan membaca tulisan ini, anda segera mengadakan Rapat/lokakarya tentang Pemahaman, penajaman serta komitmen atas Visi dan Misi Kopdit anda.
Misi
Misi merupakan pernyataan tegas tentang keberadaan sebuah entitas (Kopdit) dan bisnis inti nya, fokus pada kegiatan bisnis saat ini, siapa kita, apa yang kita lakukan, siapa pelanggan kita dan bagaimana Kopdit melaksanakan pelayanan dengan para pelanggan (baca; anggota). apa Core Business (bisnis inti) Kopdit? Ya bisnis inti Kopdit adalah Financial Service. Dalam beberapa referensi yang saya baca, bahwa pernyataan misi haruslah merujuk dan diuraikan dari visi, seringkali di Kopdit ditemui, misi dibuat dengan redaksi yang amat panjang (sehingga jangankan untuk mudah dipahami, untuk menghafalnya saja susah) dan diuraikan dalam bentuk nomor (1,2,3,4) atau abjad (a,b,c,d), sebaiknya pernyataan misi maksimal berisi 25 kata dan dimulai dengan kata kerja (Management Cockpit Di Credit Union-Kumpulan Artikel Dari Jurnal Pelatihan CUDCC-Munaldus).

Inovasi Values



Inovasi Values

Saya percaya pada beberapa orang praktisi bisnis yang notabene mereka adalah pebisnis-pebisnis sukses yang mengatakan “Bisnis bukan hanya sekedar untuk bisnis, bisnis mestinya bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi banyak orang”, bisnis yang mengejar profit semata tidak akan bermanfaat abadi, meskipun sesungguhnya profit menjadi penting bagi keberlangsungan perusahaan.
Apabila dicermati, maka sesungguhnya bisnis bukan sekedar menghasilkan nilai nominal rupiah, melainkan ada NILAI yang utuh (values) melebihi dari sekedar nilai nominal. Ya saya sependapat dengan anda soal values (tata nilai). Values sendiri dapat dibedakan kedalam means (tata cara, proses) atau ends (ujuan, akhir, goals). Values adalah nilai standar yang dipakai untuk membedakan antara cara terbaik/lebih baik dengan sesuatu yang kurang baik atau buruk (Zigami, O’ Connor, Blanchard & Edenburn, 2005).
Cukup banyak definisi Values yang semuanya tentu saja soal tata nilai Values adalah kumpulan jati diri, niat, dan pedoman terbaik yang bisa dipikirkan oleh masing-masing orang. Percaya atau tidak, beberapa perusahaan raksasa di  dunia yang eksis berpuluh-puluh tahun lamanya tentu saja melewati fase turbulensi baik tensi internalnya maupun tensi politik. Lalu apa yang membuat mereka tetap bertahan bahkan berkembang? Tentu saja mereka tidak mengabsenkan values, mentransformasi values. Senantiasa melakukan Inovasi values yang pada akhirnya membentuk Corporate Culture yang unggul.

Inovasi Values, pentingkah?

Implementasi values dalam bentuk perilaku adalah harapan semua organisasi yang berharap mencapai performa tinggi. Tapi dalam kenyataannya, banyak organisasi yang belum memiliki nilai-nilai. Tidak adanya nilai-nilai yang disepakati bersama menjadikan pemangku kepentingan tidak memiliki panduan dalam berperilaku, tidak tahu mana yang boleh dan tidak boleh dikerjakan dalam menjalankan organisasi.
Ada juga organisasi yang sudah memiliki nilai-nilai tapi inkonsistensi dalam penerapannya, ada elemen organisasi yang belum menerima dan belum merasa memiliki. Salah satu sebabnya adalah karena organisasi meminta konsultan membuatkan nilai-nilai tanpa melibatkan elemen tersebut. Kondisi ini diperburuk lagi dengan tidak adanya proses identifikasi, sosialisasi, implementasi, dan reinforcement dari shared values tersebut. Nilai-nilai hanya digunakan sebagai hiasan di buku saku dan dinding kantor tapi tidak menjadi landasan dalam berfikir dan berperilaku karena tidak terinternalisasi secara kontinuitas..

Rabu, 12 Juni 2013

SEPUCUK SURAT BUAT PARA CALEG PEMILU 2014



Yth. Para Bacaleg 2014
Salam Penuh Harapan, Salam Perjuangan
Dengan Hormat dan Syukur.
Pemilu legislatif tidak lama lagi, anda-anda tentu saja tengah harap-harap cemas menunggu DCT (Daftar Caleg Tetap), kalau masyarakat kurang mampu lagi menunggu-nunggu BLSM (Bantuan Langsung Sementara) untungnya bukan BALSEM (mengilangkan rasa ngilu/pengobat sementara), meski BLSM di sinyalir juga ada kaitannya dgn Pemilu 2014 (menurut para pengamat politik).
Tentu saja anda-anda para bacaleg sudah ber-kalkulasi dengan sangat amat matang soal kans anda untuk mendapat dukungan dan perolehan suara yang mampu menghantarkan anda ke kursi “Panas”, saya sebut kursi panas, karena memang tidak mudah memperoleh kursi tersebut dengan mengerahkan berbagai daya upaya (Modal, Massa, Marketing) sehingga tak jarang banyak yang stress karena gagal meraih kursi panas tersebut.
Buat anda para caleg, perlu mempertimbangkan 5 Modal dasar, Kelima modal dasar itu adalah: Pertama, popularitas (terkait dengan tingkat pengenalan masyarakat terhadap calon). Kedua, elektabilitas (keinginan masyarakat untuk memilih calon). Ketiga, moralitas dan integritas (terkait perilaku dan kejujuran yang ditunjukkan calon). Keempat, dana kampanye (kemampuan keuangan calon untuk memobilisasi dukungan). Kelima, mesin partai politik dan tim sukses caleg (dukungan organisasi untuk memobilisasi dukungan-marketing politik).
Sayang sekali jika anda “mengabsenkan” kelima modal tersebut di atas. Sebagai pemilih, tentu kami akan memilih caleg yg setidaknya memiliki “Moral dan Intergritas” yang teruji.  Tentu kami percaya anda-anda para caleg yang telah direkrut oleh Parpol anda, merupakan orang-orang terpilih dan terbaik, bukan karena sumbangsih (uang) anda kepada parpol dan mengabaikan sistem dan prinsip “Meritokrasi” di Parpol anda, meriktokrasi, yaitu seleksi  yang menekankan pemilihan, perekrutan atau penempatan orang disesuaikan dengan kemampuan, keahliannya, dan profesionalismenya.
Menurut data kompas.com, bila setiap partai politik dari 12 peserta pemilu memaksimalkan pengisian calon anggota DPR di 77 daerah pemilihan, akan ada 6.720 caleg yang berkompetisi menuju Senayan. Bila digabung dengan jumlah caleg DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, setiap parpol harus menyiapkan sekitar 20.000 caleg. Untuk 12 parpol saja, diperlukan 240.000 orang tokoh untuk menjadi caleg. Sementara KPU menyatakan Pemilu 2014 hanya akan menghasilkan sebanyak 20.257 anggota dewan. Perinciannya, jumlah kursi DPR tetap sama 560 kursi, untuk DPRD Provinsi sebanyak 2.137 kursi atau naik 129 kursi, sedangkan untuk DPRD kabupaten/kota sebanyak 17.560 kursi atau naik 1.215 kursi.
Banyaknya jumlah Bacaleg menuju pemilu 2014 diyakini akan muncul politisi-politisi Instant selain didominasi pula oleh politisi-politisi muka lama. Apakah hasil pemilu 2014 justru akan menimbulkan dan berkontribusi terhadap “Inflasi Politisi”(meminjam istilah Ruslan Ismail Mage)?, semoga saja tidak. Sebagai rakyat pemilih tentu menginginkan Pemilu yang berkualitas dan konstitusional elektoral.