Total Tayangan Halaman

Kamis, 13 Agustus 2015

Ketika CU = CU (Cukup Uang) menjadi CU = KU (Kurang Uang)



Pada suatu kesempatan Pendidikan Dasar (Diksar) CU, salah seorang peserta (bapak-bapak) cukup antusias mendengarkan setiap penjelasan fasilitator Diksar yang menyampaikan materi sejarah CU, dipenghujung materi tiba-tiba saja seorang anggota tadi nyeletuk “pak, saya kira CU itu kepanjangannya Cukup Uang”, kontan celetukan sang bapak tadi mengundang gelak tawa peserta Diksar lainnya dan suasana menjadi riuh. Pernah juga saya mengalami pengalaman lucu, kala itu bertemu anggota di sebuah warung, kali ini seorang ibu, dia menyapa “halo pak Boss CU”, saya jawab “ah si ibu bisa aja, saya bukan Boss CU bu, Boss di CU itu ya anggota”, lalu si Ibu jawab lagi “ya boss lah pak, bapak kan kerja di CU, CU itukan Cukup Uang, kalau cukup uang kan boss”, saya ketawa-ketawa saja tanpa menjawab lagi sembari membayar belanjaan, lalu pergi.
Cerita dan pengalaman di atas boleh jadi pernah juga dialami teman-teman selama ini di CU (meskipun bukan pengalaman buruk- diakhir tulisan akan disampaikan pula pengalaman buruknya) , lantas saya berpikir apakah iya CU itu harus Cukup Uang (tidak dapat dipungkiri bahwa CU mengelola uang sebagai alat dengan tidak mengesampingkan Manusia-anggotanya)?. Apakah iya dalam benak anggota CU, bahwa sebagian besar uang anggota itu menumpuk di brankas yang dimiliki CU? Pernahkah anggota diberikan pemahaman tentang Laporan Keuangan dan Statistik Bulanan dalam kegiatan Pendidikan Dasar? Mungkin ada yang pernah, tetapi pasti lebih banyak tidak pernahnya.
Apakah CU harus Cukup Uang?
PEARLS merupakan alat monitoring/analisa rasio keuangan di CU (aktivis CU tentu tahu), PEARLS ibarat Traffic Light  ketika lampu merah menyala, anda harus berhenti, ketika lampu kuning menyala anda harus berhati-hati, ketika lampu hijau anda boleh jalan, tujuan Traffic Light agar Lalu lintas dijalanan lebih tertib, teratur dan pertimbangan keselamatan (safety). Sama halnya dengan Traffic Light, maka Rasio PEARLS pun demikian agar Keuangan di CU dapat dikelola dengan lebih hati-hati (prinsip kehati-hatian) dan lebih aman, ingat! CU mengelola uang milik orang banyak (anggota). Dalam Analisa Rasio Keuangan PEARLS, rasio kecukupan Likuiditas disyaratkan minimal 15% dan maksimal 20% (Jumlah Asset-asset Likuid – Kewajiban Jangka Pendek / Simpanan Non Saham). Apakah CU harus CU (cukup uang), maka jawabannya adalah “iya”.  Saya pikir Cukup Uang di CU akhirnya harus kita pahami sebagai “kecukup-tersediaan” uang dalam bentuk asset-asset likuid.
 Apa yang terjadi jika CU menjadi KU?
CU jangan sampai menjadi KUDK (Kurang Uang Ditutup Kantornya), pernah ada CU (tidak perlu disebutkan namanya, sekarang sudah almarhum) yang sudah lumayan jumlah besaran asset dan anggotanya tutup kantor pusat dan beberapa kantor tempat pelayanannya, anggota mengeluh karena tak tahu lagi harus bagaimana, mau tarik simpanan saham dan simpanan non sahamnya tapi kemana mau mengurusnya. Akhirnya hanya bisa mengeluh melalui media massa. Lantas apa yang salah dengan CU di atas sehingga hal tersebut terjadi? Ternyata oh ternyata, Piutangnya tinggi dan celakanya NPL (non performing loan) nya lebih tinggi dan tak tertangani, kenapa NPL nya tinggi tapi tak tertangani? ternyata oh ternyata ada pinjaman Pengurus, Pengawas, Manajemennya yang juga macet, dimana Pinjamannya 3 – 5 kali lipat simpanannya, kacau kan!? ya kacau, bagaimana tidak, 70-80% asset lancar CU merupakan Piutang, sehingga bila NPL nya tinggi (hingga 40%), tentu terjadi gangguan likuiditas dan hampir pasti CU nya almarhum, padahal menurut Rasio PEARLS maksimal 5%.
CU seperti yang diinterpretasikan oleh anggota tadi sebagai “Cukup Uang” ada benarnya, buktikan bahwa CU betul-betul lembaga keuangan yang Cukup Uang, sebab kalau Lebih Uang atau Idle Money/Barren Money juga masalah bagi CU, tentu yang baik adalah Cukup Uang, kecukupan likuiditas yang telah terukur melalui Analisa Rasio PEARLS. CU jangan pernah bosan apalagi absen membuat Analisa Rasio Keuangan PEARLS setiap bulan. Dengan tersedianya Analisa Rasio Keuangan, maka akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan keuangan di CU. Semoga CU di Indonesia menjadi CU yang sungguh-sungguh CU (cukup uang) sehingga men-CU-kan anggota (baca; membuat anggota sejahtera).
** Tepenus – Staf Puskopdit Kapuas Sintang-Kalimantan Barat